Jumat, 07 Oktober 2016

Kenalin...

Saya,,
Saya bukan tipikal org yg menginginkan pengakuan, paling tidak bukan oleh orang yang tidak saya akui.
Mereka yg memiliki intuisi atau prngalaman yg lebih dari ku. Pujian mereka lah yang benar benar ku anggap apresiasi. Kebanyakan org yg ku kenal lebih banyak menghina ku dengan pujiannya.

Saya,, lebih suka untuk tidak dipahami atau belum di pahami dari pada di salah pahami.

Bahasa yg sederhana menimbulkan presepsi presepsi liar yg tidak terkendali. Bahkan tulisan tulisan "non verbal" sering kali di lukiskan dengan kebodohan. Ya, sarkasme.

Aforisme adalah gaya saya.

Saya suka berbeda. Saya suka aroma kecerdasan. Saya "sangnge" pada diskusi.

Kebanyakan mereka yg alay, hanya berusaha mendapat empati atau simpati. Sama, aku juga org alay. Hanya, hanya "manusia" lah yg ku terima comment "alay" nya.

Kebanyakan dari mereka menulis dengan bahasa yang sederhana, sehingga bisa di konsumsi oleh siapa pun. Tp bagiku, "hanya org yg layak lah yg bisa dan mampu melahap sajian dalam piring kosong ku".

Aku bukan org yg suka di puji,

aku org yg expresif? Mungkin, atau relativitasnya mungkin tidak relatif. Aku hanya berusaha menyimpan segala risalah alam itu. Aku menangkapnya dari ekor kunang kunang yg kelap kelip berusaha menerangi malam walau ia sadar ia tak mampu, namun kecil usaha nya masih tetap bermanfaat bagi mereka yg hanya bisa melihat cahaya ketika kelam memang menelan segala bayangan.
Ada masa nya memang, ketika org yg expresif disebut alay, org yg subtil disebut rempong, dan org yg kritis di sebut lebay. Tapi percayalah mereka yg beranggapan seperti itu karena mereka tidak beruntung, tidak beruntung karena tidak memiliki gen gen unggul dalam diri mereka.
Paradigma mereka hanya blue print yg normatif, umum, kekinian. Dan terdogtrin oleh gaya komunikasi umum, dan itu menjebak mereka dengan paradigma mereka yg terlalu meanstrem. Mereka hanya layak disebut, manusia yg memiliki para paradigma.

Banyak org berpendapat bahwa topeng berfungsi untuk menutupi sesuatu, bagiku topeng adalah alat untuk menyuarakan dan menyampaikan sesuatu. Topeng adalah simbol, kode, bukti, dan refleksi pemakainya.
Tetapi aku bukan pemain teater atau wayang, paling tidak aku lebih suka di panggil pemain pantomim berbicara dalam bisu.

Banyak org menyebut puisi adalah risalah hati, bagi ku puisi adalah bahasa terakhir para pelukis sastra. Bukan karena Tak ada lagi kata yg indah untuk menyuarakannya, tak ada lagi syair bisa menyayikannya. Hanya, org pun butuh kelayakan untuk mendapat kebenaran.
Aku bukan sastrawan, aku juga bukan penulis puisi kontemporer. Itu menghina ku.

Aku tak bisa lagi mendefenisikan diri ku.

SaLam kenal.

"Manusia yang manusiawi adalah ketika dia memiliki moral yang bermoral" Njt_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar