saat hujan mulai selami kabut yang enggan berbicara
dan mulai mengusapi kaki gunung yang kering kerontang itu
seakan ia enggan bercengkrama dengan tanah ku berpijak
dan mulai menyerang ku dengan sentuhan manis diantara telingaku
seakan berbisik dan berteriak pelan, sembali menarik telinga ku
dan menutup hidung ku,seakan aku mati tanpa nafasnya
bau lembab butir butir hujan masih menempel hebat di kerah kemejaku
dan aku hendak berlari dari genggamannya
tapi aku tak sekuat cakar perih nya
sobek kecil dan di bumbui kabut yang perih menyapu lembut di pipi yang
basah ini.
memaksaku untuk berdansa dan berdedang
dengan alunan sepoi sepoi yang mengusik bergejolak didalam batin
menari maju mundur memaksa ku tuk berirama dengan parau suaraku..
serek serek tangis ku perpacu dengan orkestra kabut tebal yang makin
membalutku di kaki yang kering kerontang itu
aku tak kuasa,,,
aku berpaling dengan kemeja putihku yang di tumbuhi lumut-lumut coklat
dan jas hitam yang ku kenakan penuh perih dan embun kabut.
aku berpaling dengan sepatu ku penuh deru dan whisky
kibaskan rambutku aku berlari walau cakar itu semakin mengoyak pipi ku
beri aku waktu..
tuk terjemahkan alunan orkestra dari burung NAZAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar